Seiring dengan penuaan,serta perubahan kebiasaan hidup, rasio kanker pada manusia zaman modern telah meningkat dari tahun ke tahun, mendengar kanker, setiap orang merasa dirinya tidak aman. Taiwan memiliki pedoman perawatan kanker canggih dan strategi medis kanker yang akurat, memadukan pengalaman perawatan dan pengalaman pengobatan obat kanker baru yang kaya. Rasio hidup 5 tahun pasien kanker Taiwan mencapai 73%, lebih baik daripada standar rata-rata Eropa dan Amerika yaitu 67%.
Taiwan sebagai negara medis yang canggih, pada peningkatan teknologi medis tentu saja tidak ketinggalan. Pemerintah Taiwan sejak tahun 2009 telah menyetujui delapan instansi medis mendirikan Pusat Perawatan Proton dan Partikel Berat. Pada tahun 2015 mengaktifkan Pusat Proton dan Pengobatan Radiasi pertama di Taiwan, juga merupakan pusat proton terbesar di Asia, dan yang pertama menggunakan “Teknologi Pemindaian Ujung Pena (Pencil beam scanning)”. Hingga tahun 2018, seluruh dunia telah ada 70 Pusat Pengobatan Proton secara resmi dioperasikan, Taiwan saja sudah ada 2 pusat, telah menjadi negara yang membuka pengobatan proton dengan kepadatan paling tinggi; setiap tahun bisa melayani puluhan ribu masyarakat, karena biaya pengobatan dibandingkan luar negeri lebih rasional dan efektivitas teknologi yang sangat kompetitif, oleh karena itu juga menarik banyak penderita luar negeri secara khusus datang ke Taiwan untuk berobat.
Epidemi pneumonia korona baru global sedang mencekam, negara Taiwan karena prestasi pencegahan epidemi telah menjadi terkenal secara internasional. Di bawah pengaruh epidemi, impian banyak pasien untu
Makao adalah anak muda Indonesia yang berusia 20-an tahun, sewaktu teman seusia dia dengan bersemangat membahas mau pergi jalan-jalan ke mana selepas pulang sekolah, dia sedang berusaha menarik jaring
Bapak Kao dari Indonesia berusia 66 tahun, selama banyak tahun menderita batu ginjal pada bagian ginjal kanan, menerima pengobatan kedokteran Cina di daerah setempat, selama jangka panjang menggunakan
Saya warga asing berasal dari Amerika Serikat, sebelum pulang ke Amerika Serikat, tinggal di Taiwan selama 3 tahun. Sewaktu akhir bulan Juli 2009, didiagnosa menderita kanker ovarium. Sewaktu saya ke